A. PROSES PERKEMBANGAN
MOTORIK
Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Pada masa usia SD, anak mengalami tumbuh kembang yang luar
biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif maupun psikososial.
Perkembangan anak berlangsung dalam proses yang holistik atau menyeluruh.
Karena itu pemberian stimulasinya pun perlu berlangsung dalam kegiatan yang
holistik.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah:
a. perbedaan gizi/ nutrisi
b. perlakuan orang tua terhadap anak
c. olahraga
d. kebiasaan hidup
e. lingkungan
Fisik
atau tubuh manusia merupakan sistem organ yang komples dan sangat mengagumkan.
Semua organ ini terbentuk pada periode prenatal (dalam kandungan). Kuhlen dan
Thomshon. 1956 (Yusuf, 2002) mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu
meliputi empat aspek, yaitu (1) system syaraf yang sangat mempengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi; (2) otot-otot yang mempengaruhi perkembangan
kekuatan dan kemampuan motorik; (3) kelenjar endokrin, yang menyebabkan
munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada remaja berkembang perasaan
senang untuk aktif dalam suatu kegiatan yang sebagian anggotanya terdiri atas
lawan jenis; dan (4) struktur fisik/tubuh yang meliputi tinggi, berat dan
proposi.
Perkembangan motorik sangat
dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang mensetir setiap gerakan yang
dilakukan anak.Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur
otot ,memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Contoh
perkembangan motorik anak :
1. Keterampilan atau gerakan kasar
seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2. Keterampilan motorik halus atau
keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan
menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Curtis,1998;
Hurlock, 1957 dalam Yusuf 2002).
Perkembangan motorik beriringan
dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak, Motor
development comes about through the unfolding of a genetic plan or maturation
(Gesell, 1934 dalam Santrock, 2007). Anak usia 5 bulan tentu saja tidak akan
bisa langsung berjalan. Dengan kata lain, ada tahapan-tahapan umum tertentu
yang berproses sesuai dengan kematangan fisik anak.
Teori yang menjelaskan secara detail
tentang sistematika motorik anak adalah Dynamic System Theory yang dikembangkan
Thelen & whiteneyerr. Teori ini mengungkapkan bahwa untuk membangun
kemampuan motorik anak harus mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang
memotivasi mereka untuk melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka
tersebut untuk bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak.
Misalnnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan
dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi anak
untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat gerakan
tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang di tujunya yaitu mengambil mainan
yang menarik baginya.
Selain berkaitan erat dengan fisik
dan intelektual anak, kemampuan motorik pun berhubungan dengan aspek psikologis
anak. Damon & Hart, 1982 (Petterson 1996) menyatakan bahwa kemampuan fisik
berkaitan erat dengan self-image anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang
lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya.
Hal tersebut juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan Ellerman, 1980
(Peterson, 1996) bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat dengan
self-esteem.
B. PERKEMBANGAN MOTORIK SKILLS
Perkembangan
motorik sangat penting dalam perkembangan keterampilan anak secara keseluruhan.
Perkembangan motorik anak dibagi jadi dua komponen, yaitu :
1.
Motorik halus
Motorik
adalah keseluruhan proses yang terjadi pada tubuh manusia, yang meliputi proses
pengendalian (koordinasi) dan proses pengaturan (kondisi fisik)
yang dipengaruhi oleh faktor fisiologi dan faktor psikis untuk mendapatkan
suatu gerakan yang baik. Motorik berfungsi sebagai motor penggerak yang
terdapat didalam tubuh manusia. Motorik dan gerak tidaklah sama, namun tetapi
berhubungan. Definisi lain menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan motorik
ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerakan-gerakan tubuh. Motorik halus adalah gerakan yang
menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan
memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal.
Dalam
perkembangan motorik, unsur-unsur yang menentukan ialah otot, saraf, dan otak. Ketiga
unsur itu melaksanakan masing-masing peranannya secara “interaksi positif”,
artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling
melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai kondisi motoris yang lebih
sempurna keadaannya. Selain mengandalkan kekuatan otot, rupanya kesempurnaan
otak juga turut menentukan keadaan. Anak yang pertumbuhan otaknya mengalami
gangguan tampak kurang terampil.
2. Motorik kasar
Motorik
kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Melalui keterampilan motorik,
seorang bayi menunjukkan kemandiriannya bergerak dari satu tempat ke tempat
lainnya. Ini akan memupuk rasa percaya dirinya dikemudian hari.
Keterampilan motorik yang baik juga
membuat anak mudah beradaptasi dengan lingkungan belajarnya. Anak bisa menulis,
menggambar, mewarnai, berolahraga, dan lain – lain. Lewat motorik juga anak
bisa menemukan kesenangan, dia bisa bermain petak umpet, menari, bernyanyi,
atau melempar dan menangkap bola. Keterampilan ini jugalah yang memudahkan anak
untuk bergaul dengan teman – teman sebayanya.
Oleh sebab perkembangan motorik
sangat penting untuk kepribadian anak. Orangtua perlu mengetahui tahap – tahap
perkembangan motorik anak, dari bayi mulai bisa mengangkat kepalanya hingga
anak yang sudah bisa naik sepeda roda tiga.
Dengan begitu, kita jadi tahu
bagaimana stimulasi yang tepat dan benar yang harus diberikan agar perkembangan
keterampilan dan kecerdasan anak optimal. Selain itu, kita bisa mengetahui
apabila satu fase belum dilalui dengan baik,tentunya fase perkembangan berikutnya
belum bisa diajarkan. Misalnya, saat anak belum bisa berjalan, kita belum bis
mengajarkannya berlari atau melompat. Kemampuan motorik kasar dan halus anak
perlu dilatih dan diasah. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan untuk melatih
motorik kasar.
Motorik kasar merupakan area
terbesar dalam perkemrbangan di usia batita (bawah tiga tahun). Diawali dengan
kemampuan berjalan,berlari, melompat dan melempar. Dalam hal ini, kegiatan
diluar ruangan adalah pilihan terbaik karena anak dapat menggerakkan seluruh
tubuhnya sesuka hati. Di sarnping itu, sediakan juga peralatan bermain, seperti
tali atau bola, perosotan, dan lain – lain. Kegiatan bermain aktif akan
mengasah kemampuan motorik kasar, sekaligus motorik halusnya. Untuk melatih
keterampilan motorik halus, diantaranya adalah dengan latihan menuang air dari
teko plastik ke gelas, mengambil dan mengumpulkan dedaunan, menyisir rambut,
menyusun balok atau puzzle, dan lainnya.
C. ARTI PENTING ASPEK KOGNITIF
Serupa dengan aspek-aspek perkembangan yang lainnya,
kemampuan kognitif anak juga mengalami perkembangan tahap demi tahap. Secara
sederhana, pada buku karangan (Desmita, 2009) dijelaskan kemampuan kognitif
dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Dengan berkembangnya
kemampuan kognitif ini akan memudahkan peserta didik menguasai pengetahuan umum
yang lebih luas, sehingga anak mampu melanjutkan fungsinya dengan wajar dalam
interaksinya dengan masyarakat dan lingkungan.
Sehingga dapat dipahami bahwa perkembangan kognitif adalah
salah satu aspek perkembangan peserta didik yang berkaitan dengan pengetahuan,
yaitu semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu
mempelajari dan memikirkan lingkungannya, sesuai buku karangan (Desmita, 2009).
Sedangkan menurut Muhibin Syah (2008;60) dalam bukunya “Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru” perkembangan Konitif (cognitive
development) adalah perkembangan fungsi intelektual atau proses
perkembangan kemampuan/kecerdasan otak anak.
Dapat
disimpulkan dan dapat dipahami bahwa kognitif atau pemikiran adalah istilah
yang digunakan oleh ahli psikologi untuk menjelaskan semua aktivitas mental
yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan dan pengolahan informasi
yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan
merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan bagaimana
individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan,
menilai dan memikirkan lingkungannya. (Desmita, 2009).
D. TAHAPAN PERKEMBANGAN ASPEK KOGNITIF
I. Tahap
Perkembangan Kognitif Menurut Jean Piaget
1.
Masa Sensori Motor (0-2 tahun)
Masa ketika bayi mempergunakan sistem pengindraan dan
aktivitas motorik untuk mengenal lingkungannya. Bayi memberikan reaksi motorik
atas rangsangan-rangsangan yang diterimanya dalam bentuk refleks misalnya
refleks menangis, dan lain-lain. Refleks ini kemudian berkembang lagi menjadi
gerakan-gerakan yang lebih canggih, misalnya berjalan (Sunarto, 2008:24)
Piaget membagi tahap sensori motor dalam enam periode, yaitu
:
a. Refleks (umur 0-1 bulan)
Tingkah laku bayi kebanyakan bersifat refleks, spontan tidak
sengaja, dan tidak terbedakan.
Contoh: refleks menangis, mengisap, menggerakkan tangan dan
kepala, mengisap benda didekatnya, dan lain-lain.
b. Kebiasaan (umur 1-4 bulan)
Kebiasaan dibuat dengan dengan mencoba-coba dan
mengulang-ulang suatu tindakan.
Contoh: seorang bayi mengembangkan kebiasaan mengisap jari.
Awalnya ia tidak dapat mengangkat tangannya ke mulut, lalu pelan-pelan mencoba
dan akhirnya bisa. Setelah itu menjadi lebih cepat melkukan kembali. Maka itu,
terjadilah suatu kebiasaan mengisap ibu jari.
c. Reproduksi kejadian yang menarik
(4-8 bulan)
Pada periode ini, seorang bayi mulai menjamah dan
memanipulasi objek apapun yang ada di sekitarnya. Misalnya seorang bayi
diletakkan diatas ranjang dan diberi mainan yang akan berbunyi jika talinya
dipegang. Suatu saat ia main-main dan menarik tali itu. Ia mendengar bunyi yang
bagus dan ia senang. Maka, ia akan menarik tali itu agar muncul bunyi yang
sama.
d. Koordinasi skemata (8-12 bulan)
Seorang bayi mulai membedakan antara sarana dan hasil
tindakannya. Contoh: seorang bayi diberi mainan tetapi letaknya jauh. Di
dekatnya terdapat tongkat kecil dan dia akan menggunakannya untuk menggapai mainan
tersebut.
e. Eksperimen (12-18 bulan)
Masa anak mulai mengembangkan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan dengan eksperimen. Contoh: anak diberi makanan yang diletakkan di meja.
Ia akan mencoba menjatuhkan makanan itu dan memakannya.
f. Representasi (18-24 bulan)
Seorang anak sudah mulai menemukan cara-cara baru yang tidak
hanya berdasarkan rabaan fisis dan eksternal tetapi juga dengan koordinasi
internal dalam gambarannya. Misal: Lauren mencoba membuka pintu kebun. Ia tidak
berhasil karena pintu disangga oleh sebuah kursi diseberangnya. Ia pergi di
sisi lain dan memindahkan kursi yang menghambat tersebut, padahal ia tidak
melihat. Dari kejadian tersebut, tampak jelas bahwa lauren dapat mengerti
apabila penyebab pintu itu adalah sesuatu yang berada dibelakang pintu
tersebut, meskipun ia tidak melihat.
2. Masa Pra-Operasional (2-7 tahun)
Ciri khas masa ini adalah kemampuan anak menggunakan simbol
yang mewakili suatu konsep. Misal, seseorang anak yang pernah melihat dokter
berpraktek, akan dapat bermain “dokter-dokteran”.
Piaget membagi perkembangan kognitif tahap praoperasional
dalam dua bagian:
1. Umur 2-4 tahun, dicirikan oleh
perkembangan pemikiran logis
Piaget membedakan antara “simbol” dan “tanda” dengan
“indeks” dan sinyal.dalam pengertian simbol dan tanda (sign) dibedakan antara
objek yang ditandakan dengan tandanya sendiri misalnya anak bermain pasar
pasaran dengan uang dari daun.”daun”di sini sebagai tanda ,sedangkan
“uang”adalah yang di tanda kan.dalam kenyataan daun dan uang tidak sama.dalam
pengertian”indeks” dan “sinyal” tidak di bedakan antara tanda dan objek yang di
tandakan.
Piaget juga membedakan antara “simbol” dan “tanda”.
Simbol adalah suatu hal yang lebih menyamai dengan yang di simbolkan seperti
gambaran dan bayangan . tanda lebih merupakan sembarang benda yang di guna kan
tanpa ada kesamaan dengan yang ditandakan.
2. Umur 4-7 tahun, dicirikan oleh
perkembangan pemikiran intuitif
Menurut piaget (1981) pemikiran anak pada umur 4 -7 tahun
berkembang pesat secara bertahap ke arah konsep tualisasi. Ia berkembang dari
tahap simbolis dan prakonseptual ke permulaan oprasional . tetapi perkembangan
itu belum penuh karena anak masih mengalami oprasi yang tidak lengkap dengan
suatu bentuk pemikiran yang semi simbolis atau penalaran intuitif yang
tidak logis. Dalam hal ini seseorang anak masih mengambil keputusan hanya
dengan aturan-aturan intuitif yang masih mirif dengan tahap sensorimotor.
Pemikiran intuitif adalah persepsi langsung akan dunia luar
tetapi tanpa di nalar terlebih dahulu. kelemahan pemikiran ini adalah bahwa
pemikiran nya searah (centred) dimana anak hanya dapat melihat dari satu segi
saja.dalam pemikiran ini anak belum dapat melihat pluralitas gagasan tetapi
hanya satu persatu. apabila beberapa gagasan di gabungkan pemikiran anak
menjadi kacau. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir decentred yaitu
melihat berbagai segi dalam satu kesatuan.
3. Tahap Operasional Konkret (7-11
tahun)
Tahap ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran
yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Tahap operasi konkret
tetap ditandai dengan asanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan
nyata/konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang yang
konkret, belum bersifat abstrak apalagi hipotesis.
4. Tahap Operasional Formal (11
tahun-dewasa)
Menurut Piaget ketika tahap ini remaja memasuki level
tertinggi perkembangan kognitif. Tidak lagi terbatas oleh disini dan
sekarang, mereka sudah dapat memahami waktu historis dan ruang luar angkasa.
Selain itu pada tahap ini individu dapat berpikir secara
abstrak, menangani situasi-situasi perumpamaan dan berpikir mengenai berbagai
kemungkinan. Sehingga ketika masa ini individu sudah dapat berpikir logis,
berpikir dengan pemikiran teoretis formal berdasarkan proposisi-proposisi dan
hipotesis, dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat itu.
II. Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Vygotsky
Vygotsky memberikan pandangan
berbeda dengan Piaget terutama pandangannya tentang pentingnya faktor sosial dalam
perkembangan anak. Vygotsky memandang pentingnya bahasa dan orang lain dalam
dunia anak-anak.
Vigostsky mengajukan teori yang
dikenal dengan istilah Zone of Proximal Development (ZPD) yang merupakan
dimensi sosio-kultural yang penting sebagai dimensi psikologis. ZPD adalah
jarak antara tingkat perkembangan aktual dengan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan yang dimaksud terdiri atas empat tahap, yaitu :
1. More dependence to others stage, yaitu tahapan kinerja anak
mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti teman-teman sebayanya, orang
tua, guru, masyarakat, ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model
pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak
secara konstruktif.
2. Less dependence external assistence
stage, pada
tahapan ini kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan bantuan dari
pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak anak
membantu dirinya sendiri.
3. Internalization and automatization
stage, tahap
ini menunjukkan kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara otomatis.
Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul dengan sendirinya
tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain. Walaupun demikian,
anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang sesungguhnya dan masih
mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
4. De-automatization stage, ketika anak memasuki tahap ini
maka mereka akan mampu mengeluarkan perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya
yang dilakukan secara berulang-ulang, bolak-balik, recursion. Pada tahap
ini, keluarlah apa yang disebut dengan de automatisation sebagai puncak
dari kinerja sesungguhnya.
REFERENSI
Syamsu Yusuf LN. & Sugandhi M. Nani. 2012. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Desmita.
2011. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Syah,
Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar